Resensi :
SEBUAH DISERTASI KEARIFAN LOKAL
“Petiti Sumpah Sepate Tungguan Jagat Besemah dan Konstruksi Pendidikan Islam Multikultural”
Oleh Lekat S. Amrin
DISERTASI Doktor Sidarmin Tetap, sangatlah menarik untuk diulas. Disertasi tersebut berjudul: “Petiti Sumpah Sepate Tungguan Jagat Besemah dan Konstruksi Pendidikan Islam Multikultural.” Kurang lebih artinya; Susunan janji dan palsafah pegangan hidup etnis Besemah serta susunan pendidikan lintas budaya islam.
Dilihat dari judul itu maka kearifan lokal sangat menonjol pada topik bahasan dan isi disertasi tersebut. Objek penelitian berlokasi di Padang Guci, Kabupaten Kaur, provinsi Bengkulu. Bahwa Padang Guci diketahui adalah bagian etnis Besemah Pagaralam, Sumatera Selatan, yang mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kaur. Rumpun Besemah Padang Guci saat ini terdiri 7 Kecamatan di Kaur, yaitu; Padang Guci Hilir, Padang Guci Hulu, Kelam Tengah, Kaur Utara, Lungkang Kule, Kinal, dan Tanjung Kemuning.
Pembahasan masalah utama penelitian disertasi ini adalah bagaimana eksistensi islam dan kearifan lokal yaitu Petiti Sumpah Sepate Tungguan Jagat Besemah serta relevansinya dengan pendidikan islam multikultural.
Dr. Sidarmin Tetap menegaskan dalam argumentasi dengan mengutif Quran surat Al-Hujarat 49:13 terkait pendidikan islam multikultural relevansinya dalam Petiti Sumpah Sepate Tungguan Jagat Besemah. Dicontohkan, bahwa tradisi Angkan-angkanan (dalam arti saling mengenal diantara berapa keluarga yang dinobatkan dalam ikatan sebuah kesepakatan keluarga), di masyarakat Padang Guci adalah bagian budaya lokal tetapi jelas ada relevansinya dengan pendidikan islam multikultural.
Kutipan Quran suarat Al-Hujarat 49:13 tersebut berarti: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah mengetahui lagi maha mengenal.”
Maka dari kutipan Quran tersebut, Dr. Sidarmin Tetap mempunyai dasar argumentasi yang kuat terkait pendidikan islam multikultural dengan relevansinya yang cukup berdasar tentang budaya Angkan-angkanan di tengah masyarakat Padang Guci, sebagai bagian etnis Besemah di Kabupaten Kaur.
Selanjutnya Dr. Sidarmin Tetap menguraikan dalam disertasinya bahwa belajar hidup dalam perbedaan ini adalah bagian edukasi Islam Multikultural yang sudah sejak dulu kala ada dalam budaya atau kearifan lokal etnis Besemah. Dalam Petiti Besemah dikatakan; Sembak Uwi Pengarang Rakit Timbul Tenggelam Same-same, Teghendam Sesame Basah, Ngerapung Sesame Anyut. Artinya; selalu menjadi pengikat bagi berbagai potensi keberagaman membangun kehidupan yang sehat dalam perbedaan karena di mana pun ia berada selalu memaklumi perbedaan yang ada untuk bersama-sama mencapai tujuan.
Disertasi Dr. Sidarmin Tetap, yang saya coba membuat resensi singkat ini adalah bagian cara memperkenalkan kultur atau budaya Besemah yang sangat adiluhung, dikupas secara detil dan mendalam pada karya tulis sebagai syarat mendapatkan gelar doktor di Unversitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Soekarno, Bengkulu.
Pada disertasi ini banyak penggunaan bahasa daerah etnis Besemah Padang Guci, barangkali para pembaca yang berasal dari daerah lain, bisa menjadi kesulitan menangkap maknanya, karena penerjemahan setiap kata dari bahasa daerah tidak secara detil dijelaskan dalam disertasi ini.
Tentu tindak lanjut dari disertasi tersebut dapat diterbitkan menjadi buku, dan kesempatan terbaik bagi penulis, Dr. Sidarmin Tetap, dapat menyempurnakan, sehingga betul-betul disertasi tersebut terpublikasi luas di tengah masyarakat, dan menjadi sumber refrensi bagi semua pihak. Bahwa kearifan lokal, seperti budaya Besemah adalah salah satu kekayaan kultur dari multikultur yang dimiliki Indonesia. Peninggalan budaya adiluhung adalah aset nasional yang akan membawa bangsa ini lebih beradab.
Dr. Sidarmin Tetap adalah salah seorang putra daerah Bengkulu, tepatnya dari Padang Guci, yang telah berupaya menggali kearifan lokal itu sebagai bagian usahanya menginventarisir kekayaan budaya dari multikultural yang dimiliki bangsa ini, menjadi sebuah karya.(#)
Penulis adalah Ketua Umum Forum Komunitas Peduli Bengkulu (FKPB), dan Pimred FokusBengkulu.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar