“Dominasi Pengaruh Parpol Tanpa PDI-Perjuangan”
Oleh Lekat S. Amrin
PENDAPAT sebagian pihak bahwa Prabowo murni akan meneruskan kebijakan Joko Widodo dalam pemerintahan priode mendatang. Apa lagi pasca keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan kubu 01 dan 03 semakin memperkuat pandangan itu. Artinya kekuasaan lima tahun ke depan akan dijalankan Prabowo Subianto sebagai presiden, dibantu Gibran Rakabuming sebagai Wakil Presiden.
Itulah ending percaturan politik Indonesia yang menyita perhatian masyarakat sejak Pileg dan Pilpres sekian waktu lalu. Berakhir pada putusan MK untuk sengketa Pilpres yang menguatkan kubu 02 sebagai pemegang legitimasi masyarakat untuk kepemimpinan Republik Indonesia Priode 2024-2029.
Prabowo Subianto diprediksi akan meneruskan gaya kepemimpinan Joko Widodo tentu perlu dianalisa dari berbagai sudut pandang. Sebagai seorang pembantu presiden saat ini, Prabowo Subianto tentu saja sejak awal berkomitmen melaksanakan misi presiden Joko Widodo, terutama dalam kapasitas dan kewenangannya sebagai Menteri Pertahanan.
Apa lagi dalam perjalanan pemerintahan dan politik, Prabowo adalah figur yang dipersiapkan oleh Joko Widodo untuk meneruskan kepemimpinannya. Maka dalam percaturan politik yang penuh dinamika Prabowo di endorse oleh Joko Widodo dalam proses perjuangan menuju RI-1.
Tetapi terkait analisa sebagian pihak, bahwa Prabowo akan meneruskan kebijakan pemerintahan Joko Widodo, tentu hal itu bisa menjadi sesuatu hal yang berbeda. Menjadi sesuatu analisa yang tidak tepat mengingat pengaruh politik akan sangat dominan dalam menentukan kebijakan pemerintahan di bawah kendali Prabowo Subianto sebagai presiden baru.
Sebelum lupa, bahwa Joko Widodo awal pemerintahan pada priode pertama tahun 2014, sangat dipengaruhi oleh partai yang mendukungnya yaitu PDI Perjuangan. Dominasi pengaruh politik PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Megawati sangat terasa . Warna pemerintahan Joko Widodo adalah warna PDI Perjuangan. Sesi perjalanan kualitas demokrasi ditandai, bahwa banyaknya aktifis yang mengkritik pemerintahan di kala itu banyak dilaporkan ke penegak hukum, dan sebagian dipenjara, tentu tidak bisa lepas dari masukan para pihak pendukung partai politik terutama dominasi PDI Perjuangan.
Dan hal itu dialami oleh kubu pendukung Prabowo pada priode ini menjadi bagian dari oposisi yang kritis. Tetapi sesungguhnya keberadaan barisan oposisi ini sangat terasa menjadi penyeimbang dalam pemerintahan Joko Widodo yang didukung penuh oleh PDI Perjuangan. Dari sisi demokrasi dan politik maka dinamika saat itu sangat menumbuhkan pencerdasan terutama bagi masyarakat komunitas yang mencintai demokrasi sebagai pilihan Negara, dan menjadi bagian instrumen ekspresi politik warga negara.
Lalu pada priode Joko Widodo beriktut, yang kembali mengalahkan Prabowo Subianto pada Pilpres 2019, tampaknya kebijakan politik Joko Widodo bergeser untuk lebih fokus merekrut lawan politik. Maka pada perjalanannya, Prabowo Subianto berhasil dijinakkan, dan akhirnya dijadikan Menteri Pertahanan.
Dari sinilah maka Joko Widodo mendapatkan banyak pencerahan dari para kolega setia tentang cara membangun Indonesia ke depan. Jangan lupa, bahwa masukan yang dominan tentu dari orang-orang Prabowo yaitu dari partai yang dipimpinnya sendiri yaitu Partai Gerindra. Bahwa untuk mencapai kekuasaan berikut maka strategi yang dijalani Prabowo adalah belajar dari Joko Widodo. Dan pernyataan ini sempat terlontar dari mulut Prabowo dalam wawancara pada salah satu podcast ternama, bahwa dia memang banyak belajar dari Joko Widodo bagaimana cara mencapai kekuasaan.
Oleh karena itu, pada ending Pilpres tahun 2024 dimana Prabowo sebagai presiden priode tahun 2024-2029 ada keyakinan bahwa kepemimpinan Prabowo bisa berbeda dengan kepemimpinan Joko Widodo. Termasuk soal arah kebijakan politik pemerintahan. Sebab Joko Widodo sudah dianggap selesai. Dan dia bukan seorang pimpinan tertinggi partai politik, yang mempunyai perpanjangan tangan pada lembaga kekuasaan. Melainkan dia sudah menjadi masyarakat biasa.
Maka saat ini terutama yang akan mempengaruhi kebijakan Prabowo tidak lain dominasi itu akan datang dari Partai Gerindra sendiri. Kemudian partai pendukung Pilpres yang lain, yaitu Partai Golkar, Partai PAN, dan Partai Demokrat. Oleh karena itu kebijakan pemerintahan Prabbowo bisa diyakini bisa berbeda dari kebijakan pemerintahan Joko Widodo.
Lalu partai lain yang akan berpotensi mendekat pada kekuasaan yaitu Partai Nasdem, partai PPP, diprediksi bergabung lebih awal. Kemudian bisa juga PKS dan PKB pada waktu berikutnya.
Lalu bagaimana PDI Perjuangan? Menurut analisa partai ini bisa saja dapat di”rayu” Prabowo Subianto, karena memiliki historis dengan Megawati. Tetapi dalam kemungkinan bisa saja terjadi, namun yang jelas dapat diperdiksi pengaruh politik dalam kekuasaan Prabowo tidak mungkin PDI Perjuangan akan dominan. Apa lagi bila PDI Perjuangan berani menjadi partai oposisi. (#)
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Fokus Bengkulu.blogspot.com dan Ketua Umum Forum Komunitas Peduli Begkulu (FKPB) Provinsi Bengkulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar